
Kamis, 28 September 2017 telah dilaksanakan Sidang Terbuka Senat Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti dengan agenda tunggal Pengukuhan Prof. Dr. Anak Agung Gde Agung sebagai Guru Besar pada bidang Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Prof. Dr. Anak Agung Gde Agung adalah Guru Besar Pariwisata Pertama di Kopertis Wilayah III Jakarta.
Menurut Illah Sailah selaku Koordinator Kopertis Wilayah III dalam sambutannya yang di bacakan oleh Bpk Drs. Noersal (Kabid Akademik, Kemahasiswaan dan Ketenagaan), penobatan Prof. Dr. Anak Agung Gde Agung sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pariwisata di STP Trisakti, merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi dunia pendidikan di Indonesia khususnya di Kopertis Wilayah III. “Prof. Dr. Anak Agung Gde Agung adalah urutan ketiga dosen yang dianugerahi gelar professor atau guru besar melalui jalur Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) di Indonesia”
NIDK adalah Nomor Induk yang diberikan Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) untuk dosen yang bekerja paruh waktu atau dosen yang bekerja penuh waktu tetapi satuan administrasi pangkalnya berada di instansi lain dan diangkat perguruan tinggi berdasarkan perjanjian kerja.
Pada kesempatan yang sama Prof. Dr. Anak Agung Gde Agung menyampaikan orasi ilmiah dengan judul Tri Hita Karana yang berarti tali tak terputuskan dalam konversi budaya, alam dan pariwisata. Gde Agung menyatakan bahwa budaya dan alam seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Ketika keduanya dijaga dengan baik, mereka bisa bertahan. Falsafah Tri Hita Karana yang berasal dari Bali, katanya menekankan keseimbangan yang sakral dalam hubungan manusia dengan dunia manusia, dunia alam, dan dunia spiritual untuk mencapai kedamaian, falsafah itu bisa berkembang jika agama tidak tergerus dan tetap kuat. Hal ini karena melalui agama masyarakat diajarkan mempratikkan tingkah laku yang baik. Hal senada dinyatakan L Jan Slikkerveer, Guru Besar Universitas Leiden yang juga sebagai promotor Prof Anak Agung. “Falsafah Tri Hata Karana turut berkontribusi dalam memelihara keunikan dan keragaman warisan budaya Bali” ujarnya. Dia melakukan penelitian yang menunjukkan konsep Tri Hita Karana ada di Indonesia. Metodologi Slikkeveer digunakan oleh Gde Agung dalam penelitiannya mengenai Tri Hita Karana. Gde Agung juga mengatakan, pemfokusan obyek-obyek budaya sesuai ciri khas daerah perlu direncanakan sebelum dibangun. “Ada wacana untuk membangun sirkuit mobil F1 di Bali, padahal ini tidak sejalan dengan budaya di sana. Lalu rencana reklamasi di Benoa,” katanya. Dia mengatakan, Bali dapat dibuat sebagai tempat wisata orientasi budaya, Jakarta orientasi olahraga, dan Bunaken orientasi alam.
Disampaikan oleh L Jan Slikkerveer, bahwa Prof. Anak Agung Gde Agung merupakan salah satu dari 8 orang di dunia yang prasastinya terdapat di Leiden University. 8 Orang yang prasastinya tersmpan di Leiden University selain Anak Agung Gde Agung diantaranya Nelson Mandela dan Albert Einstein. Patutlah berbangga bangsa Indonesia