[vc_row][vc_column width=”3/4″ el_class=”vc_sidebar_position_right” offset=”vc_col-lg-9 vc_col-md-9 vc_col-sm-12″][stm_post_info css=”.vc_custom_1437111129257{margin-bottom: 0px !important;}”][vc_custom_heading text=”Catatan Gowes Bpk Arief F. Rachman (Dosen STP Trisakti) Day 7″ font_container=”tag:h3|text_align:left” use_theme_fonts=”yes”][vc_column_text]
Pagi hari kami santap pagi di restoran hote. Sambil menikmati sarapan pagi, kami berdiskusi pengalaman apa yang paling menarik selama bersepeda dari di Pulau Flores.
Gowes di hari pertama tiba di Labuan Bajo adalah daya tarik bukit cinta yang ternyata jalannya menanjak sehingga lumayan untuk pemanasan sebelum menjelajah Pulau Flores. Pada hari kedua supporting car yang harus memutar karena jalan terputus membuat driver harus kembali lagi ke Lembor, Ruteng dan tiba di Wae Rebo pada pukul 11 malam, sedangkan kami yang mengendarai sepeda tiba pukul 4 sore. Fasilitas penginapan Wae Rebo Lodge yang memiliki keterbatasan listrik membuat kami mengatur strategi untuk mengisi ulang daya handphone kami. sinyal handphone yang terbatas sehingga agak sulit berkomunikasi dengan keluarga di Jakarta tapi pemilik Begitu pula kami tidak mengunjungi desa adat Wae Rebo. Hari ketiga merupakan jarak terpendek (52 km) dari Wae Reb-Borong tetapi melalui jalan alternatif. Hari keempat adalah jarak terpanjang dari Borong menuju Kota Ende.
Selain jarak yang terpanjang rute ini memiliki kontur ketinggian yang mencapai 1233 meter dpl (Bajawa). Setelah tenaga cukup terkuras maka jarak yang tersisa 120 km lagi menuju Kota Ende menjadi kerja keras kami. Kami tiba di Kota Ende pada pukul 9 malam, itupun dengan evakuasi 20 km sebelum kota Ende. Hari kelima yang seharusnya gowes menuju Kelimutu kami batalkan karena cuaca hujan yang terus menerus di pagi tanpa berhenti. Akhirnya diputuskan loading langsung menuju Maumere. Faktor cuaca juga yang membuat kami tidak bisa mengunjungi Danau Kelimutu. Hari keenam (Maumere-Larantuka) merupakan rute yang bervariasi jalannya sepanjang 138 km. Pada 40 km pertama kami mendapatkan jalan yang datar. Setelah memasuki Kecamatan Tolibara jalan langsung menanjak sampai ketinggian 532 meter dpl, lalu turun naik lagi sampai Kota Larantuka. Seharusnya memang ada waktu untuk bermalam di Larantuka karena jarak yang jauh dengan kondisi naik dan turun.
Setelah berbincang mengenai rute maka kami bersiap diri untuk menuju Bandara Frans Seda, Maumere. Lima box sepeda dibawa menggunakan kendaraan pick up yang mengiringi perjalanan kami selama di Flores. Kami check out tepat pukul 10 pagi dengan menggunakan fasilitas transportasi Hotel Sylvia. Hanya 10 menit kami sudah tiba di Bandara. Nama bandara ini diambil dari salah satu menteri yang berasal dari Flores pada masa pemerintahan Pak Harto.
Pesawat yang akan mengantarkan kami adalah jenis ATR 72-600. Memang pesawat ini tidak bisa mengangkut banyak bagasi sepeda. Jumlah 5 box sepeda saja membuat repot untuk mengatur di pesawat. Kursi pesawat terlihat penuh untuk membawa penumpang menuju Denpasar. Limapuluh persen penumpang di pesawat ini adalah wisatawan mancanegara. Keberangkatan mengalami keterlambatan selama 45 menit, kemudian tiba di Denpasar pada pukul 14.45.
Pengaturan penerbangan lanjutan dengan waktu 2 jam membuat kami tidak khawatir tertinggal pesawat menuju Jakarta. Suasana di Bandara Ngurah Rai pasca gempa Lombok tampak masih ramai. Semoga saja bencana alam di destinasi wisata dapat ditanggulangi segera sehingga citra pariwisata Indonesia tetap aman. Tepat pukul 4.30 sore waktu setempat pesawat GA 439 membawa kami kembali ke Jakarta.
Durasi tujuh hari memang terasa tidak cukup untuk bersepeda di Pulau ini. Akhirnya kami tiba di Jakarta sore hari dan akhir dari perjalanan ini. Kami (Eddy, Thio, Nani, Arief dan Ireng) sebagai anggota TBCI mengucapkan terimakasih kepada seluruh anggota yang telah mendukung dan memberi semangat selama perjalanan. Semoga di masa yang akan datang TBCI bisa menjelajah destinasi wisata Indonesia dengan bersepeda. Semoga anggota TBCI lainnnya memiliki kesempatan untuk bersepeda destinasi wisata Indonesia yang lainnya. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Manajemen STP Trisakti (Ibu Fetty Asmaniati, Bapak Djoni Wibowo dan Bapak Amrullah) yang memberikan kesempatan kepada saya untuk menjelajah Pulau Flores dengan bersepeda. Salam Wonderful Indonesia…!
Arief F. Rachman (07-08-2018)
[/vc_column_text][vc_row_inner][vc_column_inner][vc_images_carousel images=”7729,7730,7731,7732,7733″ img_size=”” slides_per_view=”5″ hide_pagination_control=”yes” hide_prev_next_buttons=”yes”][/vc_column_inner][/vc_row_inner][stm_post_author][stm_post_comments][/vc_column][vc_column width=”1/4″ offset=”vc_hidden-sm vc_hidden-xs”][vc_widget_sidebar sidebar_id=”default” el_class=”sidebar-area-right sidebar-area”][stm_post_tags][/vc_column][/vc_row]