[vc_row][vc_column width=”3/4″ el_class=”vc_sidebar_position_right” offset=”vc_col-lg-9 vc_col-md-9 vc_col-sm-12″][stm_post_info css=”.vc_custom_1437111129257{margin-bottom: 0px !important;}”][vc_custom_heading text=”Webinar Doktoral STP TRISAKTI” font_container=”tag:h3|text_align:left” use_theme_fonts=”yes”][vc_column_text]
Mahasiswa program Studi Doktoral Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti menyelenggarakan Webinar Dengan Topik Membangun Wisata Perdesaan Yang Berkelanjutan Dan Berdaya Saing Pada 8 April 2021. Penyelenggaraan yang diselenggarakan secara Hibrid ini diikuti sebanyak 36 Peserta hadir secara offline dan 220 peserta secara online. Kegiatan ini untuk mengaplikasikan perkuliahan yang sudah didapatkan disemester ini dan menerapkannya dalam bentuk Webinar yang ditujukan kepada masyarakat luas dengan mengundang tokoh-tokoh serta pakar dibidangnya masing-masing. Adapun institusi dan lembaga yang diundang adalah lembaga-lembaga dan institusi yang bergerak dibidang kepariwisataan dan hospitalitas. Salah satu tujuan webinar ini adalah sekaligus pengembangan pariwisata di perdesaan yang termasuk dalam desa binaan Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti. Adapun desa yang dimaksud adalah Desa Sungsang di Kabupaten Banyuasin dan Desa Cibuntu serta Desa Cipasung di Kabupaten Kuningan.
“Saat ini, sudah ada 6 desa wisata yang sedang dikembangkan bersama STP Trisakti. Jumlahnya akan ditingkatkan hingga 25 desa,” kata Bupati Kuningan, Acep Purnama dalam webinar yang digelar Program Studi Doktor Pariwisata STP Trisakti, Kamis (8/4/21). Acep menambahkan, pihaknya selama ini menerima banyak masukan dalam ilmu kepariwisataan, terutama hospitality in tourism. Sehingga pengembangan desa wisata menjadi terstruktur sesuai dengan konsep yang telah dibahas sebelumnya “Kerja sama ini juga pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) pariwisata, seperti penguasaan bahasa asing dan pelatihan bagi pemandu wisata,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua STP Trisakti Fetty Asmaniati mengatakan perguruan tinggi memiliki potensi dalam mengembangkan pariwisata di Indonesia. Namun, program doktoral pariwisata yang ada baru 3 yaitu di Universitas Udayana Bali, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dan STP Trisakti Jakarta. “Saya harap mahasiswa program doktoral STP Trisakti dapat menyelesaikan studi tepat waktu dan menghasilkan ilmu yang bermanfaat untuk pengembangan pariwisata di Indonesia,” kata Fetty menegaskan.
Ketua Badan Pengurus Dr. Djanadi Bimo Prakoso dalam sambuatannya mengatakan dalam Membangun Wisata Perdesaan Yang Berkelanjutan Dan Berdaya Saing perlunya keseimbangan 3 faktor yaitu Ekonomi , Sosial dan Lingkungan.
Kepala Departemen Doktoral STP Trisakti Sundring Pantja Djati mengatakan, pengembangan pariwisata di Indonesia perlu menciptakan lebih banyak desa wisata yang lestari dan berkelanjutan. Baik terhadap lingkungan maupun bagi masyarakat di sekitarnya.
“Pariwisata berkelanjutan bisa menjadi peluang dalam kegiatan pariwisata, yang memperhatikan prinsip 3P yaitu People, Plant dan Prosperity,” katanya.
Aspek people adalah memperhatikan keinginan wisatawan dengan mengajak mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan di komunitas lokal. Aspek plant adalah kewajiban untuk merawat dan menjaga lingkungan di tempat wisata.
“Aspek Prosperity adalag kewajiban untuk memperhatikan nilai-nilai ekonomis dari tempat wisata dan dampaknya terhadap penduduk lokal di daerah wisata tersebut,” ujarnya.
Sundring mengutip data statistik yang memperlihatkan kondisi wilayah Indonesia yang bisa dikembangkan sebagai desa wisata, karena mencakup 83.931 wilayah administrasi setingkat Desa di Indonesia dan 7.436 desa serta 8.444 Kelurahan dan 51 unit pemukiman transmigrasi.
Ia menyebut terjadi pergeseran tren kepariwisataan dalam 5 tahun terakhir ini. Dari motivasi bersenang-senang menjadi pengalaman baru. Hasil penelitian menunjukkan adanya kenaikan 165 persen atas perjalanan wisata yang didasarkan pada keyakinan diri tersebut.
“Ini merupakan peluang bagi Indonesia yang memiliki perdesaan yang eksotik dengan mengembangkan wisata yang kelanjutan dan berdaya saing,” ucapnya. (Tri Wahyuni)
- Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Banyuasin Merki Bakri,S.Pd.,M.Si, yang mewakili Bupati Banyuasin dalam paparannya mengatakan bahwa Bupati telah Menerbitan surat keputusan tentang penetapan Desa wisata di keb Banyuasik salah satunya yang telah dilakukan kerjasama dengan STP Trisakti adalah Desa Sungsang. Perencanaan pembangunan sektor pariwisata yaitu pembuatan master plan desa Sungsang, Pembuatan ded alun-alun kota pangkalan balai, plaza kuliner Sungsang, kawasan wisata terpadu Sungsang
- Dr(Eng). Vincent Gaspersz, IPU, Asean Eng dari IPB dalam topik paparan Keterampilan Berpikir Desain Sistemik dalam Industri Pariwisata & Pendidikan menyatakan Pariwisata tidak terlepas dari keteikatantan dengan satu system dimana pengaruh berbagai faktor yang harus ada untuk memajukan pariwisata itu sendiri seperti. Dalam konsep sistemic design thinking dalam prosesnya harus melewati penelitian, penganalisaan , dan pendesainan solusi mandiri.
- Hera Oktadiana PhD. (James Cook University), menyatakan perilaku wisatawan sangat penting untuk diketahui agar dapat memberi pelayanan sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Motif wisatawan dalam melakukan perjalanan terbagi dalam 3 bagian yaitu ‘Core motives’, Middle Layer Motives dan Outer Layer Motives.
- Eko Indrajit (Pradipta University) topik Membangun system IT Terintegrasi pada Destinasi Pariwisata. Integrasi harus meilhat dari sisi cutomer. Wisatawan apabila melakuka perjalanan dimulai dari perencanaan sampai dengan selesai melakukan kegiatan pariwisata (end to end) sarat menggunakan berbagai teknologi informasi sehingga perlunya mengintergasikan system yang ada dalam konsep Customer Journey atauTourist journey.
- Willy Arafah (STP Trisakti) membangun Pariwisata masyarakat pedesaan dalam perseptif strategi. Dalam konsep membangun pariwisata tidak terlepas dalam mengembangkan ekonomi daerah. Pembangunan wisata pedesaan pada setiap daerah tidak dapat disamakan karena memiliki perbedaan dan keragaman perlu pendekatan dan model khusus untuk pengembangan wilayahnya serta mengedukasi lokal masyarakat dan dimulai dari kemampuan wilayah itu sendiri.
[/vc_column_text][vc_row_inner][vc_column_inner][/vc_column_inner][/vc_row_inner][stm_post_author][stm_post_comments][/vc_column][vc_column width=”1/4″ offset=”vc_hidden-sm vc_hidden-xs”][vc_widget_sidebar sidebar_id=”default” el_class=”sidebar-area-right sidebar-area”][stm_post_tags][/vc_column][/vc_row]