[vc_row][vc_column width=”3/4″ el_class=”vc_sidebar_position_right” offset=”vc_col-lg-9 vc_col-md-9 vc_col-sm-12″][stm_post_info css=”.vc_custom_1437111129257{margin-bottom: 0px !important;}”][vc_custom_heading text=”… karena kami melihat partisipasi dosen kami dalam menulis masih minim.” font_container=”tag:h3|text_align:left” use_theme_fonts=”yes”][vc_column_text]
SEKOLAH Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti Jakarta meminta kalangan pengajar atau dosen di lingkungannya untuk belajar dan berani menulis di media massa. Sebagai kompensasinya, kampus tersebut akan memberikan nilai atau kredit kumulatif (Kum) bagi penulis.
“Kami mengimbau para dosen STP Trisakti untuk mampu membuat karya tulisan di media massa, khususnya di media cetak, karena kami melihat partisipasi dosen kami dalam menulis masih minim,” kata Kepala STP Trisakti Jakarta Fetty Asmaniaty pada acara pertemuan dosen awal perkuliahan semester genap tahun ajaran 2017/2018 di kampus sekolah tinggi itu, kemarin.
Acara bertajuk Kiat Menulis Artikel pada Media Cetak Surat Kabar itu dihadiri Sekretaris Kopertis III Putut Pujogiri dan Kepala Divisi Content Enrichment Harian Media Indonesia Ade Alawi, serta para dosen STP Trisakti.
Fetty menjelaskan, kegiatan tersebut digelar guna menambah wawasan dan pengetahuan para dosen dalam membuat artikel di surat kabar. Ia berharap pertemuan itu dapat memotivasi para dosen untuk menulis.
“Saya sarankan dosen menulis di koran atau media massa lainnya tentang kegiatannya. Kami akan memberi tambahan angka kredit kumulatif atau KUM,” ujarnya. Selain itu, tambahnya, produktivitas dosen dalam menulis di media massa sekaligus menjadi media promosi STP Trisakti kepada publik.
Sementara itu, Ade Alawi dalam paparannya menjelaskan tentang pentingnya media massa sebagai salah satu pilar demokrasi. Menurutnya, para dosen dapat menulis di media massa cetak maupun media online. “Terpenting, kita mau menulis dan bukan karena keterpaksaan. Bila kita menulis karena senang dan gembira, tulisan berupa opini atau kritik pun bersifat konstruktif,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan, menulis penting sebagai bentuk ekpresi pikiran, pandangan, dan perasaan terhadap suatu masalah. Selain itu, juga untuk membentuk opini publik terhadap isu yang aktual. “Menulis juga penting untuk mengasah daya nalar dan intelektualitas kita,” ujarnya.
Terkait dalam teknik menulis, ia mengingatkan tentang pentingnya menggunakan ejaan yang baik dan benar atau populer sebagai ejaan yang disempurnakan (EYD). Selain itu, judul harus menarik, populer, dan tidak bertele-tele. (Bay/H-2)
Sumber: mediaindonesia.com
[/vc_column_text][vc_row_inner][vc_column_inner][/vc_column_inner][/vc_row_inner][stm_post_author][stm_post_comments][/vc_column][vc_column width=”1/4″ offset=”vc_hidden-sm vc_hidden-xs”][vc_widget_sidebar sidebar_id=”default” el_class=”sidebar-area-right sidebar-area”][stm_post_tags][/vc_column][/vc_row]