[vc_row][vc_column width=”3/4″ el_class=”vc_sidebar_position_right” offset=”vc_col-lg-9 vc_col-md-9 vc_col-sm-12″][stm_post_info css=”.vc_custom_1437111129257{margin-bottom: 0px !important;}”][vc_custom_heading text=”Catatan Gowes Bpk Arief F. Rachman (Dosen STP Trisakti) Day 4″ font_container=”tag:h3|text_align:left” use_theme_fonts=”yes”][vc_column_text]
Pagi hari di Kecamatan Borong (100) meter dpl) terasa dingin. Hujan deras yang tadi malam mengguyur kota kecil ini menambah nyenyak tidur kami tadi malam. Hotel yang memiliki fasilitas sederhana ini cukup untuk membuat kami istirahat. Sarapan kami adalah nasi putih, telor ceplok dan kornet pronas. Hari ini kami akan menempuh jarak terjauh dan terberat, Borong-Bajawa-Ende. Di google diperlihatkan jarak 201 km dengan kontur tertinggi mencapai 1233 meter dpl.
Tepat pukul 06.10 kami berangkat menuju Bajawa melalui Aimere. Pagi hari kami melewati Pasar Borong yang masih sepi. Kami disajikan tanjakan sepanjang 25 km dengan gradient 5% melewati beberapa desa dan hutan. Suasana pegunungan dan nyanyian burung mengiringi perjalanan kami.
Setelah mencapai puncaknya kami mendapatkan bonus jalan menurun panjang sejauh 25 km menuju Aimere. kami gunakan kesempatan ini untuk istirahatkan kaki kami. Tepat pukul 08.15 kami tiba di Aimere. Kami langsung menuju rumah makan Banyuwangi untuk santap pagi. lumayan, dapatkan menu sop daging. Aimere sebuah kecamatan yang mengubungkan jalan kami menuju Bajawa.
Setelah makan pagi kami melanjutkan perjalanan menuju Bajawa, menanjak terus sejauh 37 Km. Pukul 09.10 kami berangkat dan baru tiba di Bajawa (1233 meter dpl) pada pukul 13.10. Sepanjang jalan kami banyak menemukan pedagang buah, khususnya buah mangga. Sepertinya sedang musim panen buah mangga di area ini. Jenis mangga yang kami perhatikan ada arumanis dan golek.
Keunikan jalan Aimere-Bajawa adalah jalan yang menanjak terus tiada henti. “terdapat 311 tikungan dan tanjakan gilanya”, tutur dari Om Jannes, rekan gowes dari Kompas Bike. Memang benar, jalan melingkar seperti ular dan kontur terus naik. Foto di atas adalah pada saat melintasi jalan melingkar pada ketinggian 700 meter dpl. Speed average kami hanya di 13-15 km/jam. Perlahan-lahan kontur semakin tinggi sampai ketinggian 1233 di Bajawa. Terasa energi kami habis terkuras sehingga perut terasa lapar. Warung sangat jarang di rute ini. Konsumsi air minum kami lumayan banyak sehingga kami harus sempatkan isi ulang botol minum kami.
Durasi gowes yang lama dan rute yang berat membuat sakit bokong kami. Setibanya di Bajawa kami langsung mencari tempat untuk istirahat dan makan siang. Di lokasi ini tidak menemukan tempat makan yang cocok untuk sebuah group wisatawan. Akhirnya kami mendapatkan rumah makan yang sederhana dan langsung memesan menu nasi goreng.
Setelah makan siang kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Ende sejauh 120 km. Sepanjang jalan kami mendapatkan sedikit tanjakan dan setelah 5 km kami diberi bonus jalan menurun sejauh 25 km menuju Boawae. Foto di atas adalah spot untuk membuat foto Kota Bajawa dari kejauhan.
Boawae ternyata sangat luas. Dengan latarbelakang gunung Inieri, terasa sangat indah. Masih di daerah Boawae, kami mendapatkan tanjakan dan turunan berturut-turut. Hujan akhirnya turun membasahi badan kami. terasa dingin dan selalu ingin pergi ke toilet. Jarak masih 75 Km menuju Ende, sedangkan waktu sudah menujukan pukul 4 sore.
Setelah 2 jam gowes kami meninggalkan Boawae menuju Nangaroro tidak terasa hari sudah gelap. Di sinilah kami harus lebih hati-hati dan konsentrasi karena kami sudah gowes selama 12 jam dan jarak menuju Ende masih 50 km. Tercatat kalori yang kami bakar sudah 11500 kal. Jalan menurun tajam terus ketika hari sudah gelap dari Nangaroro menuju pantai, dari ketinggian 632 meter dpl menuju 25 meter dpl dengan bantuan lampu supporting car.
Memasuki daerah pantai kami sudah senang karena sudah mendekati Kota Ende, terlihat cahaya lampu Kotanya dari kejauhan. Namun apa boleh buat, jarak yang masih jauh dan waktu semakin malam. Tepat di kecamatan Nangapandan kami memutuskan untuk evakuasi. Sisa jarak 30 km menuju Kota Ende. Demi keamanan dan kesehatan kami maka keputusan ini yang terbaik. Angkot evakuasi kami naiki memutar lagu dengan sound system yang volume keras. Tepat pukul 9 malam tiba di hotel. Dan setelah check in kami langsung menuju Rumah Makan Padang Roda Baru 2.
Oleh: Arief F. Rachman (04-08-2018)[/vc_column_text][vc_row_inner][vc_column_inner][vc_images_carousel images=”7694,7693,7692,7691,7690,7689,7688,7687,7686″ img_size=”” slides_per_view=”4″ autoplay=”yes” hide_pagination_control=”yes” hide_prev_next_buttons=”yes” partial_view=”yes” wrap=”yes”][/vc_column_inner][/vc_row_inner][stm_post_author][stm_post_comments][/vc_column][vc_column width=”1/4″ offset=”vc_hidden-sm vc_hidden-xs”][vc_widget_sidebar sidebar_id=”default” el_class=”sidebar-area-right sidebar-area”][stm_post_tags][/vc_column][/vc_row]