FGD Penyusunan Naskah Akademik Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta

Jakarta, 3 Oktober 2025 – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Pusat Kajian Pariwisata (PUSKAP) Institut Pariwisata Trisakti sukses menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Naskah Akademik dan Rancangan Perda tentang Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif pada Rabu dan Kamis, 1–2

Oktober 2025, bertempat di Hotel Mercure Jakarta Batavia. Forum ini menghadirkan puluhan pemangku kepentingan dari berbagai kalangan, mulai dari pemerintah daerah, akademisi, asosiasi industri, komunitas, hingga media, yang bersinergi untuk merumuskan arah kebijakan pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif Jakarta ke depan.

Hari pertama FGD, Rabu, 1 Oktober 2025, dibuka dengan laporan Ketua Tim Ahli, Dr. Andi Muhammad Yasin, S.H., M.H., yang memaparkan tahapan penyusunan Naskah Akademik Kepariwisataan  dan  Ekonomi  Kreatif, mencakup  analisis  data,  identifikasi  isu  strategis, dan mekanisme pengumpulan aspirasi dari pemangku kepentingan. Sambutan dilanjutkan oleh Rektor  Institut Pariwisata Trisakti yang diwakili oleh Wakil Rektor III Dr. Novita Widyastuti, S.ST.Par., M.Si.Par., yang menyampaikan komitmen institusi dalam mendukung riset strategis dan kontribusi akademik untuk penguatan kebijakan pariwisata dan ekonomi kreatif DKI Jakarta. Dari pihak Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta, hadir Hari Wibowo (Kepala Bidang Data, Informasi, dan Pengembangan Destinasi), Iffan (Kepala Bidang Industri Pariwisata), dan Heru Ardianto (Ketua Sub Kelompok Riset dan Pengembangan) yang menegaskan kesiapan Disparekraf dalam memperkuat arah kebijakan melalui kajian akademik yang solid.

Diskusi pada hari pertama, Rabu, 1 Oktober 2025, dipandu oleh Prof. Dr. Willy Arafah, D.B.A., Direktur Pusat Kajian Pariwisata Institut Pariwisata Trisakti, yang bertindak sebagai moderator. Tiga narasumber utama hadir memberikan pandangan komprehensif. Dr. Fitri Rahmafitria, M.Si. dari Universitas Pendidikan Indonesia mengangkat topik Urban Tourism dan MICE, dengan menekankan pentingnya penguatan infrastruktur, revitalisasi kawasan heritage, serta promosi internasional agar Jakarta mampu bersaing sebagai pusat pariwisata perkotaan dan destinasi MICE. Sementara itu, Prof. Dr. Tarsisius Murwadji, S.H., M.H. dari Universitas Padjadjaran membahas harmonisasi regulasi dan standarisasi sektor pariwisata sebagai upaya menarik investasi serta menjamin kepastian hukum bagi pelaku industri. Paparan terakhir disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Ricky Avenzora, M.Sc.F. dari IPB University, yang menekankan pentingnya digitalisasi melalui big data, smart tourism, serta inovasi berbasis teknologi untuk serta perencanaan kepariwisataan kepariwisataan jangka panjang (Bisnis Plan, Master Plan – Detail Plan) yang diperkuat dengan regulasi yang obyektif dan holistik; guna meningkatkan daya saing Jakarta di tingkat global. Diskusi berlangsung interaktif dengan banyak masukan dari peserta, menghasilkan benang merah bahwa kolaborasi lintas sektor, harmonisasi regulasi, serta akselerasi digitalisasi menjadi kunci dalam mengarahkan Jakarta menuju destinasi wisata berkelanjutan.

Hari kedua, Kamis, 2 Oktober 2025, kegiatan FGD dipandu oleh Dr. R.M.W. Agie Pradhipta, M.Sc. dengan tema besar pemberdayaan UMKM dan ekonomi kreatif sebagai pilar penguatan sektor pariwisata DKI Jakarta. Sesi pertama diisi oleh Prof. Syamsir Abduh, Ph.D., Wakil Rektor I IT PLN Jakarta, yang memaparkan pentingnya penguatan UMKM melalui literasi digital, akses pembiayaan, dan integrasi dengan rantai pasok pariwisata. Beliau menegaskan bahwa UMKM adalah tulang punggung ekonomi kreatif dan harus menjadi bagian tak terpisahkan dari ekosistem pariwisata Jakarta. Paparan kedua disampaikan oleh La Ode Muhammad Rabiali, S.Hut., M.Sc., Founder Karts Indonesia, yang menekankan urgensi pembangunan ekowisata pesisir dan kepulauan di DKI Jakarta, khususnya Kepulauan Seribu. Menurutnya, ekowisata harus dibangun dengan prinsip konservasi lingkungan, keberlanjutan ekonomi masyarakat pesisir, serta keterlibatan aktif komunitas lokal. Sesi terakhir menghadirkan Associate Professor Dr. Haeba Ramli, SE., SH., MM. dari Universitas Esa Unggul, yang menyoroti pentingnya regulasi kepariwisataan yang adaptif dan progresif. Beliau menekankan bahwa kebijakan yang mampu menjawab tantangan global, terutama terkait keberlanjutan dan transformasi digital, akan menentukan arah pariwisata Jakarta dalam jangka panjang. Diskusi pada hari kedua menegaskan pentingnya pemberdayaan UMKM, pembangunan ekowisata pesisir yang berkelanjutan, dan kebijakan inovatif sebagai fondasi bagi Jakarta untuk tampil sebagai kota destinasi kreatif yang inklusif, modern, dan berdaya saing tinggi.

FGD ini turut diperkuat dengan kehadiran tenaga ahli dari Institut Pariwisata Trisakti, yaitu Dr. Andi Muhammad Yasin, S.H., M.H., Adam Rachmatullah, S.Par., M.Sc., Oktovianus, S.Hut., M.Sc., Dr. Arief Faizal Rachman, SST. Par., M.T., Dr. Rina Suprina, M.Si.Par., Suci Murlina, S.H., M.H., serta Dr. Devita Gantina, M.Par., selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M). Selain itu, forum ini juga dihadiri oleh perwakilan berbagai instansi pemerintah Provinsi DKI Jakarta, seperti Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan   Menengah, Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perhubungan, Dinas Kebudayaan, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, serta Dinas Kesehatan. Dari sektor industri pariwisata turut hadir Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (ASPERAPI), Indonesia Inbound Tour Operators Association  (IINTOA),  Pusat  Kajian  Pariwisata  Indonesia,    Ketua  Komite  Ekonomi Kreatif Provinsi DKI  Jakarta, Alliance  of  the  Indonesian Tour  & Travel Agency  (IATTA),  Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA), Asosiasi Perusahaan Jasa Boga  Indonesia (APJI), Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI), Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI), Indonesia National Air Carriers Association (INACA), dan Perhimpunan Hotel dan Restoran  Indonesia (PHRI).  Dukungan  akademik  dan riset juga diperkuat dengan  partisipasi lembaga eksternal seperti Pusat Kajian Pariwisata Indonesia, DESMA Center, Indonesia Ecotourism Network (INDECON), Tropical Forest Conservation Action Sumatera (TFCA-S),

Komunitas Historia Indonesia, serta perwakilan dari Ekonomi Kreatif DKI Jakarta. Dari unsur komunitas, hadir pula para pelaku kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dari Kampung Wisata Pecinan Glodok, Kampung Tugu, dan kawasan Kepulauan Seribu, yang memiliki peran penting dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Tidak hanya itu, akademisi dari berbagai perguruan  tinggi  seperti  IPB  University  dan  Universitas  Pancasila  turut  serta  memberikan kontribusi pemikiran yang memperkaya diskusi.

 

 

 

FGD Penyusunan Naskah Akademik dan Rancangan Perda tentang Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta selama dua hari ini menjadi ruang strategis bagi lahirnya gagasan, kritik, dan rekomendasi dari para pemangku kepentingan lintas sektor. Forum ini menegaskan bahwa pembangunan pariwisata DKI Jakarta ke depan harus berpijak pada riset akademis yang kokoh, regulasi yang harmonis, akselerasi digitalisasi, penguatan ekosistem UMKM dan ekonomi kreatif,  serta pelibatan aktif komunitas lokal.   Dengan kolaborasi yang semakin solid   antara pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat, Jakarta optimis dapat berkembang sebagai kota destinasi global yang modern, berkelanjutan, inklusif, dan berdaya saing tinggi, sekaligus tetap berakar pada identitas budaya dan kearifan lokal.

 

Visited 9 times, 1 visit(s) today
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Pinterest

Leave a Reply