Generasi muda atau generasi milenial saat ini diminta tetap waspada dengan aksi radikalisme dan terorisme di tengah cepatnya arus perkembangan penggunaan sosial media dikalangan mereka.
Generasi millenial terutama kelompok pemuda dan mahasiswa berpotensi besar disusupi paham radikalisme dan terorisme. Oleh karena itu, pembahasan mengenai kebhinekaan dan perdamaian harus terus digaungkan di kalangan pemuda dan mahasiswa.
Hal ini juga turut menjadi salah satu fokus program kerja STP Trisakti untuk terus mengingatkan mahasiswa/i mengenai bahaya paham radikalisme dan terorisme melalui salah satu kegiatan seminar bekerjasama dengan Universitas Pertahanan Republik Indonesia.
Melalui seminar ini, STP Trisakti yang diwakili oleh Dosen STP Trisakti Bapak Husein Hutagalung, M.Si selaku moderator dan Kolonel Laut (E) Dr. Ir. Lukman Yudho Prakoso, S.IP., MAP., M.Tr.Opsla., IPU., CIQaR selaku Kaprodi. Ekonomi Pertahanan Republik Indonesia Bersama-sama menyampaikan bahwa tantangan globalisasi, kekerasan dan persekusi atas nama agama dan radikalisme serta terorisme saat ini menjadi masalah yang dihadapi mengikuti perkembangan jaman.
Dalam seminar yang dilaksanakan pada Rabu, 31 Agustus 2022 ini dan diikuti oleh 430 mahasiswa baru yang berasal dari Departemen Pengelolaan Perhotelan, Usaha Perjalanan Wisata dan S-1 Pariwisata, Kolonel Lukman menyampaikan paham radikalisme yang mengancam kebhinekaan melalui perubahan secara ekstrem dan membenarkan kelompok dan ajarannya (truth claim).
Kolonel Lukman menguatkan bahwa gereasi milenial wajib mendalami rasa cinta terhadap Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila. Kolonel Lukman menyampaikan STP Trisakti merupakan Perguruan Tinggi yang mememiliki kepedulian terhadap pembentukan karakter mahasiswa guna menahan paham radikalisme yang saat ini berkembang melalui program desa wisata yang turut serta melibatkan mahasiswa/i.
Pada akhir presentasinya Kolonel Lukman menyimpulkan bahwa mari kita bersama-sama membangun kondusifitas perangi radikalisme dan terorisme untuk bangun kembali Indonesia
Tidak hanya mengenai paham anti radikalisme, seminar berlanjut tentang bahaya penyalahgunaan NAPZA untuk menciptakan Generasi Milenial yang sehat, bersih dan terbebas dari NAPZA melalui seminar dengan HIMABA RI.
Pendidikan mengenai Anti Penyalahgunaan NAPZA ini dipaparkan oleh Bapak Windu Priyo Wibowo, SE sebagai Ketua Umum Himpunan Masyarakat Anti Narkoba Republik Indonesia (HIMABA RI). Dalam paparannya, Bapak Windu menyampaikan mengenai kondisi rawan darurat narkoba di Indonesia, Undang-Undang dan Peraturan yang berkaitan mengenai NAPZA, serta berbagai macam jenis dan bentuk narkoba.
Kegiatan hasil kolaborasi antara Bagian Kemahasiswaan STP Trisakti dengan HIMABA RI ini diharapkan dapat menjadi kegiatan yang menghasilkan mahasiswa/i STP Trisakti sebagai generasi yang sadar akan bahaya penyalahgunaan narkoba sehingga dapat tercipta generasi milenial yang sehar, bersih dan terbebas dari NAPZA.
Dalam mendukung program penanganan dan pencegahan perundungan dan kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi, STP Trisakti mengajak semua mahasiswa untuk mendeklarasikan gerakan anti perundungan dan gerakan pencegahan kekeresan seksual. Melalui sosialisasi yang disampaikan oleh Ibu Margaret Aliyatul Maimunah, SS., M.Si selaku Anggota Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dengan Moderator Bapak Husein Hutagalung, M.Si selaku Dosen STP Trisakti mendukung gerakan pemerintah dalam memberantas perundungan dan kekerasan yang terjadi di lingkungan perguruan tinggi.
Perundungan atau perisakan (bullying) adalah tindakan menyakiti atau membahayakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan kuasa lebih (secara berulang-ulang dan sengaja) terhadap seseorang atau sekelompok orang lain yang tidak berdaya melawan.
Ibu Margareth menyampaikan bahwa kekerasan di perguruan tinggi di sebabkan oleh faktor yang cukup beragam yaitu pola asuh keluarga serta proses berpikir tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pengelolaan kampus, norma kampus, pola kedisiplinan dan budaya kampus. Semua faktor tersebut jika dilakukan dengan tidak tepat dan tidak sesuai akan berdampak buruk terhadap mahasiswa dan seluruh civitas kampus.
Kampanye yang dilaksanakan pada Rabu, 31 Agustus 2022 dan diikuti oleh ± 230 mahasiswa yang berasal dari Departemen Pengelolaan Perhotelan, Usaha Perjalanan Wisata dan S11 Pariwisata ini sama-sama menyeruakan mengenai mari berpikir positif, karena kekerasan dan berbagai bentuk perundungan hanya merugikan kita semua.
Ibu Margareth pun menyampaikan mahasiswa yang mengalami perundungan atau ‘bullying’ dapat berpengaruh ke psikologis mereka sebagai korban. Bila hal itu itu terjadi, bisa berakibat jatuhnya mental mereka sehingga korban bisa jadi generasi yang lemah. “Hentikan ‘bullying’.
Seluruh mahasiswa/i turut aktif bertanya dan berpendapat mengenai perundungan. Mereka sangat setuju bahwa bullying yang terjadi dlingkungan pendidikan memang marak terjadi namun faktor dari diri sendiri juga harus mampu melindungi diri dan berani melaporkan diri ke pihak tertentu agar pelaku dapat diberikan tindakan tegas dan korban bisa mendapatkan perlindungan yang sesuai.