Guest Lecture Institut Pariwisata Trisakti: Menggali Inspirasi dari Tunisia dan Perspektif Holistik Pariwisata

Institut Pariwisata Trisakti menggelar kegiatan Guest Lecture yang dihadiri oleh para narasumber ternama, yaitu Mr. Mohamed Trabelsi, Duta Besar Tunisia untuk Indonesia, serta Prof. Dr. M. Baiquni, MA, Ketua Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM). Kegiatan ini diikuti oleh para mahasiswa dan dosen dari Program Magister dan Doktor Pariwisata.

Acara yang digelar pada tanggal 14 Desember 2024 ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor I, Bapak Agus Riyadi, M.Sc., Ph.D., dan turut dihadiri oleh Wakil Rektor II, Ibu Dr. Nurbaeti, MM., serta berbagai akademisi di bidang pariwisata, termasuk Kaprodi Doktor Pariwisata, Dr. Rahmat Ingkadijaya, MM., Kaprodi Magister Pariwisata , Prof. Dr. Myrza Rahmanita, M.Sc., serta dosen dan mahasiswa dari program studi Doktor dan Magister Pariwisata.Pada sesi pertama, Mr. Mohamed Trabelsi memberikan paparan mengenai topik “Strategi, Kebijakan, dan Kolaborasi untuk Menang dalam Pasar Pariwisata”. Dalam paparannya, Dubes Trabelsi menyampaikan materi terkait strategi pembangunan dan pengembangan pariwisata di negerinya, Tunisia. Menurut Dubes yang belum lama bertugas di Indonesia itu, salah satu program unggulan yang dicanangkan Pemerintah Tunisia adalah bidang pariwisata. Letak geografis Tunisia yang berada di bagian paling ujung Benua Afrika, berbatasan langsung dengan beberapa negara Eropa di bagian utara dan negara-negara Arab di bagian timur, menjadikan Tunisia sebagai salah satu wilayah yang sangat ramai dikunjungi warga dunia.

Dubes Tunisia yang sangat fasih berbahasa Inggris itu memulai paparannya dengan menceritakan kesejarahan negaranya yang merdeka di tahun 1956. Perjuangan memperoleh kemerdekaan dari penjajah Prancis saat itu, kata Trabelsi, turut diinspirasi oleh ide Presiden Sukarno yang memperjuangkan kemerdekaan seluruh bangsa-bangsa jajahan di Asia dan Afrika. Para pejuang Tunisia juga turut mengirimkan delegasinya, bersama Maroko dan Aljazair, menghadiri Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 di Bandung.

Dubes Tunisia Mohamed Trabelsi selanjutnya menerangkan bahwa salah satu obyek wisata yang menjadi primadona di Tunisia adalah terkait dengan sejarah. Berbagai peninggalan sejarah dapat dijumpai, seperti bangunan kuno, monumen dan benda bersejarah, serta situs-sius peninggalan zaman awal-awal perkembangan Islam di wilayah Afrika Tengah dan Utara. Sebagai negara yang memiliki daerah padang pasir yang cukup luas, yakni 40 persen dari total luas wilayah Tunisia yang 165.000 kilometer persegi, maka wisata Gurun Sahara menjadi salah satu daya tarik bagi para pelancong manca negara. “Bahkan, pembuatan sekuel film star war dilakukan di salah satu wilayah Gurun Sahara, di Tunisia,” ungkap Dubes Trabelsi sambil menunjukkan beberapa spot menarik di daerah gurun pasir di negaranya.

Wisata kuliner juga menjadi favorit bagi para turis berkunjung ke negara berpenduduk 12 jutaan jiwa tersebut. Berbagai ragam makanan khas Tunisia dapat dijumpai di banyak tempat dengan harga terjangkau. Sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim, makanan yang tersedia dan diperdagangkan dijamin kehalalannya oleh Pemerintah. Namun begitu, para wisatawan tetap dapat menikmati makanan dan minuman non-halal favorit mereka di tempat-tempat tertentu seperti bar dan komunitas yang menyediakan makanan-minuman non-halal.

Bagi warga negara Indonesia, Pemerintah Tunisia saat ini memberlakukan kebijakan bebas visa untuk masuk ke negaranya. Kebijakan tersebut mulai berlaku sejak 1 Juli 2023 lalu, dan berlaku selama 90 hari alias tiga bulan tinggal di Tunisia. Selain itu, Pemerintah Tunisia juga menyediakan berbagai fasilitas bantuan bagi para pelajar Indonesia yang ingin menimba ilmu ke Tunisia berupa beasiswa.

Berbagai respon dari peserta kuliah umum disampaikan dalam bentuk pertanyaan kepada Dubes Trabelsi, baik peserta daring maupun luring melalui pesan di papan chat zoom meeting yang tersedia di ruangan acara. Para peserta yang umumnya adalah dosen di bidang kepariwisaan dan marketing ini sangat antusias mendalami kebijakan dan strategi teknis yang dilakukan Mohamed Trabelsi sebagai Dubes Tunisia untuk Indonesia dalam mendorong kepariwisataan di negaranya. Atas respon dan pertanyaan tersebut, Dubes menyampaikan terima kasih dan memberikan jawaban cukup gamblang dan detail.

Dalam kesempatan tersebut, Mr. Trabelsi membahas berbagai tantangan yang dihadapi industri pariwisata global, serta pentingnya strategi yang efektif dan kebijakan yang mendukung untuk memenangkan persaingan di pasar pariwisata. Beliau juga menekankan kolaborasi antara negara, sektor publik, dan swasta sebagai kunci sukses untuk memajukan pariwisata, serta bagaimana mengadaptasi diri terhadap perubahan tren pasar wisatawan global.Pada sesi kedua, Prof. Dr. M. Baiquni menyampaikan paparan bertajuk “Pembangunan Pariwisata yang Berketahanan dan Penuh Kebermanfaatan: Tinjauan dari Filsafat Ilmu”. Prof. Baiquni mengupas konsep pembangunan pariwisata yang tidak hanya mengutamakan keuntungan ekonomi, tetapi juga memastikan keberlanjutan lingkungan, sosial, dan budaya. Dalam perspektif filsafat ilmu, beliau mengajak peserta untuk memandang pembangunan pariwisata dengan pendekatan yang lebih holistik, sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat lokal tanpa mengorbankan nilai-nilai keberlanjutan.Acara ini menjadi ajang penting bagi para peserta untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang dinamika dan tantangan di dunia pariwisata, serta pentingnya kolaborasi antarnegara dan berbagai pemangku kepentingan. Melalui pembahasan dari dua narasumber berpengalaman, peserta diharapkan dapat mengimplementasikan strategi yang berkelanjutan dan inovatif dalam pengembangan sektor pariwisata di Indonesia dan dunia.

Dengan acara ini, Institut Pariwisata Trisakti menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di bidang pariwisata serta mendukung pengembangan industri pariwisata yang berkelanjutan dan bermanfaat.

Visited 20 times, 1 visit(s) today
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Pinterest

Leave a Reply